Tuesday, February 12, 2008

Perang Tarif Operator Seluler

Kalo kita mengamati iklan dari para penyedia jasa telepon selular, baik GS mauun CDMA, maka kita akan menyaksikan perang tarif yang sangat ketat. Berikut ini adalah iklan perang tarif yang sering muncul di media masa terutama televisi :
• Mentari - Indosat, judul promo : Mentari FreeTalk (Rp 0 antar sesama mentari)
• Simpati - Telkomsel, judul promo : Simpati PeDe (Rp 0,5 / detik setelah menit ke-1 ke semua pelanggan Telkomsel)
• Bebas - XL (Rp 0,1 / detik setelah menit ke-2,5)
• Three (Rp 1 / menit)
• Smart (Rp 0 selama 24 jam sehari, antar Smart)
• Esia (Rp 50 / menit atau Rp 1000 / jam, antas Esia)
• StarOne - Indosat (Ngorbit Rp 25.000 per bulan antar StarOne)
• Fren - Mobile-8 (Rp 38 / menit, antar Fren lokal)
• Fren – Mobile-8 (Rp 700 / menit, ke GSM manapun)
Luar biasa memang perang tarif selular yang sedang terjadi dan yang diuntungkan adalah para konsumen atau pelanggan karena tarif menjadi murah. kenapa bisa terjadi perang tarif yang luar biasa seperti ini di kalangan para operator selular GSM maupun CDMA ? Ada dua tujuan : pertama, bagi operator baru ingin mendapatkan / merebut pelanggan baru, dan kedua, bagi operator lama ingin agar pelanggannya bertambah banyak dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
Perang tarif ini bisa dipastikan akan membuat bingung para pelanggan baru maupun lama, betapa tidak ? Promosi tarif yang sangat ketat akan membuat orang susah untuk membandingkan tarif apalagi standar yang digunakan untuk menentukan hitungan tarifnya berbeda-beda antara operator satu dengan yang lainnya. ada yang perdetik, permenit, perjam, perbulan, dana batasan berlakunya promo juga berbeda-beda. Oleh karena itu sebagai konsumen harus lebih jeli untuk memilih operator yang hendak digunakan.
Genderang perang tarif antar operator GSM dan CDMA semakin sengit. Konsumen semakin diuntungkan dengan keadaan ini. Tarif yang semakin murah memang sudah seharusnya dinikmati konsumen karena berdasarkan hitung-hitungan para ahli di bidang telekomunikasi tarif seluler di Indonesia masih mahal.
Bahkan menurut KPPU terjadi kongkalingkong antar operator dengan memberikan batas bawah tarif antar operator. Andaikan tidak ada kesepakatan antar operator itu tarif bisa lebih murah lagi dari sekarang.
Konsumen dalam mempertimbangkan operator yang dipilih sebenarnya hanya berdasarkan luasnya jaringan, kemudahan isi ulang dan tarif yang bersaing. Sebagai contoh tarif beberapa operator GSM berdasarkan iklan yang sering menyesatkan sebenarnya masih dalam batas rentang (range) yang tidak berbeda jauh. Hanya kadang hitung-hitungannya dibuat rumit, lihat saja hitungan tarif operator XL Bebas yang katanya hanya Rp 0,1/detik.
Penetapan tarif baru XL yang Rp 0,1/detik itu menjawab tantangan simPATI PeDe yang menawarkan tarif Rp 0,5/detik untuk sesama operator. Bila dicermati dan hitung kisaran tarifnya hanya selisih ratusan rupiah untuk menelepon selama 1 jam. Bila simPATI PeDe menetapkan 1 menit pertama Rp 1.500,00 dan detik selanjutnya Rp 0,5/detik, maka XL menetapkan 2,5 menit pertama Rp 1.500,00 dan tarif 0,1 detik untuk setelah 2,5 menit sampai 30 menit pertama dan sampai 60 menit pertama tarifnya Rp 1/detik. Rumit ya?
Setelah dihitung dan dibandingkan tarif sesama operator:
- Tarif XL pada 30 menit pertama Rp 1.965,00 dan selama 1 jam yaitu Rp 3.765,00
- Tarif simPATI PeDe pada 30 enit pertama Rp 2370,00 dan selama 1 jam yaitu Rp 3.270,00
Dengan catatan XL menentukan perbedaan tarif untuk beberapa wilayah sedangkan simPATI PeDe sama disemua wilayah Indonesia.

Namun yang perlu diperhatikan apakah penentuan tarif tersebut tepat seperti hitungan kita diatas, atau hanya akal-akalan dari penyelenggara telepon selular, ini yang harus dicermati Menurut hemat penulis, pada suatu saat nanti perang tarif telepon selular akan berhenti mengingat marjin laba yang semakin menurun akan memberatkan bagi perusahaan operator telepon selular. Hal itu otomatis akan menggeser bentuk persaingan harga (price competition) ke persaingan non harga (non price competition). Persaingan akan lebih fokus ke masalah-masalah seperti kualitas sinyal yang semakin baik, daerah blank spot semakin berkurang, berkurangnya gangguan-gangguan dalam menelpon dan mengirim sms pada jam-jam sibuk atau hari raya, penambahan fasilitas-fasilitas layanan terkini, dan jangan lupakan layanan after sales service yang semakin baik. Namun sebelum persaingan mengarah ke hal-hal tersebut, sebagai konsumen kita masih boleh berharap : Semoga perang tarif terus berlangsung sampai harga yang seharusnya (murah) untuk konsumen.

1 comment:

Anggi Budi Kurniawan said...

mas, ini aku ita,
aku pakai ID anakku,
uda liat blogmu nih..
kalo liat wajahmu, pantesan kok mahasiswa pada nurut walaupun banjir, pagi2 udah pada datang..
bukannya rajin, tapi takut,hehehe...
sori ya bercanda...